Berita Dalam Negeri, Internasional, Kuliner, Gaya Hidup, Film, Kesehatan, Olahraga, Wisata, Otomotif, Unik, Gosip, Musik, Bisnis, Keuangan, Ekonomi
Sunday, December 24, 2017
Program BBM Satu Harga
kumpulanupdateberita - Program satu harga bahan bakar minyak (BBM) di daerah 3 T (Terpencil, Terluar dan Tertinggal) lumayan sukses. Sayangnya, di saat harga bensin di wilayah 3T bisa ditekan, kepincangan harga justru terjadi di daerah perkoataan.
Kondisi ironis itu terjadi di Kabupaten Supiori, Papua. Wakil Bupati Supiori, Onesias Rumere, menyebut harga eceran premium di Sorendiweri, ibu kota Supiori, antara Rp10.000-Rp20.000 per liter. Sedangkan di wilayah terluar di Distrik Aruri, nelayan bisa menikmati harga bensin dan solar lebih murah, sama dengan harga di Jakarta : premium Rp6.450 per liter dan solar Rp5.150 per liter.
Tim Pemantau BPH Migas bersama pejabat Kemendagri, pekan lalu, melihat langsung fenomena ini. Di pusat kota Sorendiweri, puluhan pedagang bensin eceran berjejer di sepanjang jalan, sementara APMS (Agen Premium Minyak dan Solar) satu-satunya yang ada di kota itu tutup. Di kiri kanan dan depan APMS dikelilingi pedagang bensin eceran. “Bensin belum datang, jadi tutup,” ujar Onesias, kepada Tim Pemantau BPH Migas, menjawab mengapa APMS tutup hari itu.
Tim terdiri tiga orang: dua orang dari BPH Migas yakni Henny Rusdiani dan Ines Adewinda Purba serta seorang dari Kemendagri yakni Ala Baster.
Sindo Weekly mengikuti kerja tim ini. Seorang pedagang kelontong yang juga menjual BBM menjelaskan para pedagang membeli bensin ke APMS seharga Rp7.000 per liter. Pedagang eceran bensin ini bercerita bahwa pemilik APMS itu adalah putera Bupati Supiori, Jules F Warikar.
Premium didatangkan dari Biak Numfor tiap empat hari sekali sebanyak 3000 liter. Truk tangki bensin berkapasitas 5.000 liter namun hanya mampu mengangkut 3000 liter karena medan yang berat. Jalan Biak Numfor-Supiori banyak tanjakan juga tikungan tajam.
Begitu mobil tangki BBM datang ke APMS, pembeli sudah antre mengular sampai ratusan meter. “Mereka adalah pedagang eceran yang datang dari berbagai desa di sekitar Sorendiweri,” ujar Onesias. Hanya dalam beberapa jam, bensin langsung ludes. Bagi mereka yang tak kebagian, terpaksa membeli ke Biak Numfor yang bisa ditempuh sekitar tiga jam perjalanan.
Para pedagang dan konsumen juga bisa menitipkan jerigen pada mobil akutan penumpang jurusan Biak untuk membeli BBM. Ongkosnya sama dengan ongkos seorang penumpang atau sekitar Rp10.000 untuk satu jerigen 25 liter BBM.
Selain di Sorendiweri, putra Bupati Jules juga memiliki APMS di Korido, Distrik Supiori Selatan, Papua. Dari Sorendiweri, daerah ini bisa ditempuh selama sejam dengan jalan darat. Tak jauh berbeda dengan di Sorendiweri, APMS di Korido juga langsung ludes begitu tangki BBM Pertamina datang. Selain para pedagang eceran, bensin di Korido dibeli para nelayan.
Para pedagang dan konsumen juga bisa menitipkan jerigen pada mobil akutan penumpang jurusan Biak untuk membeli BBM. Ongkosnya sama dengan ongkos seorang penumpang atau sekitar Rp10.000 untuk satu jerigen 25 liter BBM.
Selain di Sorendiweri, putra Bupati Jules juga memiliki APMS di Korido, Distrik Supiori Selatan, Papua. Dari Sorendiweri, daerah ini bisa ditempuh selama sejam dengan jalan darat. Tak jauh berbeda dengan di Sorendiweri, APMS di Korido juga langsung ludes begitu tangki BBM Pertamina datang. Selain para pedagang eceran, bensin di Korido dibeli para nelayan.
Awalnya, warga Distrik atau Kecamatan Aruri ikut antre bensin di APMS di Korido. Jarak Aruri – Korido bisa ditempuh selama satu jam dengan menumpang perahu motor tempel. Perjalanan itu hanya bisa dilakukan di saat cuaca bersahabat, ombak tidak terlalu tinggi. Namun, pada bulan-bulan ini sangat muskil menempuh perjalanan ke Aruri.
Itu sebabnya kehadiran SPBU di Distrik Aruri menjadi berkah bagi warganya. Kini, mereka bisa menikmati harga bensin lebih murah dari jika mereka membeli di APMS, apalagi dengan membeli eceran di Korido atau Supiori.
Asal tahu saja, Supiori terbagi menjadi dua gugus kepulauan yaitu Gugus Bepondi terdiri Kepulauan Mapiad dan Kepulauan Bepondi, lalu Gugus Sowek terdiri Pulau Rani, Pulau Insumbabi, Teluk Korido, Pulau Aruri, Sowek, Ineke, Wongkeina dan Imbirsbori. SPBU Kompak milik PT Supiori ini berada di Pulau Sowek sehnga melayani konsumen bensin selain Sowek adalah Pai, Korido, dan beberapa pulau lainya.
Sahiruddin menjelaskan ia mengambil BBM dari Biak Numfor dengan menggunakan kapal kayu yang dilengkapi tangki atau tangdom. Kapal jenis ini memang dikhususkan memuat BBM. Selain ke Aruri, kapal mengankut BBM dari Biak Numfor dan ke daerah lain sekitar Biak. BBM dimuat di pelabuhan besar Biak. Perjalanan Biak ke Aruri sekitar 7- 11 jam, tergantung ombak dan pasang surut air.
Menurut Sahir, ia memiliki dua buah kapal masing-masing berkapasitas 65 kiloliter dan 45 kiloliter.
Sejak beroperasi, SPBU Kompak Aruri sudah mendapat pasokan premium 25.000 liter dan solar 5000 liter. Jumlah itu masih jauh dari kapasitas tangki yang dimiliki SPBU Aruri. SPBU Kompak ini memiliki dua tangki masing-masing untuk solar 35 kiloliter dan premium 65 kiloliter. “Kami belum bisa memprediksi seberapa besar konsumsi BBM di area ini,” katanya kepada SINDO Weekly. “Ini kan baru ujicoba,” tambahnya.
Pastinya, SPBU di wilayah 3T ini menjual premium Rp6.450 per liter dan solar Rp5.150 per liter. Lebih murah dibanding harga di ibu kota kabupaten.
Menurut Sahir, pihaknya menanamkan investasi sekitar Rp800 juta untuk membangun SPBU Kompak. Tanah yang digunakan untuk bangunan SPBU masih sewa karena tanah di Aruri tidak bisa diperjualbelikan. Hanya orang asli Auri yang bisa membeli.
Pengoperasian SPBU Kompak di wilayah 3 T, adalah bagian dari Program BBM Satu Harga. Kini SPBU jenis ini sudah ada di 34 titik dari 54 titik yang ditargetkan pemerintah dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo terkait dengan ketahanan energi nasional.
Nah, uji coba pengoperasian SPBU Kompak di Aruri boleh dibilang lumayan sukses. Harapan pemerintah agar masyarakat di daerah 3 T bisa menikmati harga bensin dan solar dengan harga murah sudah tercapai. Sayangnya, jangkauan SPBU semacam ini amat terbatas. Masyarakat masih membayar mahal BBM di lokasi lain yang tidak masuk di wilayah yang mendapatkan program ini, seperti di ibu kota Supiori.
Wakil Bupati Supiori, Onesias Rumere, meminta agar jatah bensin untuk Supiori ditambah. “Ya perlu ditambah, agar harga bisa ditekan,” katanya, kepada SINDO Weekly. Namun, menurut Henny Rusdiana, anggota Tim Monitoring BPH, pemerintah daerah selalu saja minta jatah ditambah tapi tidak menyampaikan data yang akurat tentang konsumsi BBM di daerahnya. “Selalu saja minta jatah yang ditambah,” sambutnya.
Menurut Henny, pemerintah melarang SPBU dan APMS menjual BBM kepada pedagang eceran agar konsumen dapat menikmati harga yang sama dengan daerah lain. “Di Supiori, APMS justru menghabiskan bensin dari Pertamina untuk pedagang eceran,” tandasnya. Upaya masalah tata niaga BBM perlu mendapat perhatian pemerintah daerah terlebih dahulu sebelum mintah tambah jatah.
sumber : okezone
Keindahan Dunia Bawah Laut di Sikka NTT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.