Berita Dalam Negeri, Internasional, Kuliner, Gaya Hidup, Film, Kesehatan, Olahraga, Wisata, Otomotif, Unik, Gosip, Musik, Bisnis, Keuangan, Ekonomi
Saturday, January 6, 2018
Wisata Alam Curug Parigi Bekasi
kumpulanupdateberita - Bekasi merupakan salah satu kota penyangga dari Ibu Kota Jakarta. Bila Anda berkunjung ke Kota Bekasi, wisata yang paling mudah Anda lakukan yakni wisata belanja. Begitu Anda keluar dari pintu Tol Bekasi Barat, tentu akan menemukan banyak pusat perbelanjaan.
Tidak hanya wisata belanja, ternyata Bekasi juga memiliki wisata alam seperti air terjun yang harus dikunjungi yakni Curug Parigi.
Air terjun tersebut tampak seperti Air Terjun Niagara versi mini yang terkenal di perbatasan Kanada dan Amerika Serikat. Penasaran seperti apa keindahan di sana, KompasTravel mencoba berkunjung ke sana.
Curug Parigi terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Pangkalan 5, Kampung Parigi, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Untuk bisa sampai di sana, memang perlu mempersiapkan waktu lebih banyak, sebab kondisi jalan cukup macet. Jika datang dari arah pintu Tol Bekasi Barat kemudian ambil arah menuju Jalan Raya Narogong, dapat berbelok ke Jalan Pangkalan 5.
Selama melintasi Jalan Raya Narogong, saya pun menemui kendaraan besar seperti truk dan tronton. Bahkan sering pula menemukan truk sampah berlalu lalang di sana, sebab lokasi curug ini dekat dengan TPST Bantargebang juga kawasan industri.
Untuk menghindari kemacetan di perjalanan, sepeda motor menjadi pilihan transportasi terbaik sebagai transportasi. Bila menggunakan sepeda motor dari arah pintu keluar Tol Bekasi Barat hingga curug membutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Namun, jika menggunakan transportasi umum atau mobil pribadi maka waktu tempuhnya akan lebih lama, karena ada banyak titik kemacetan yang dilalui.
Sesampainya di Jalan Pangkalan 5, terdapat jalan beton atau sudah dicor cukup untuk satu mobil, sepanjang kurang lebih 500 meter. Setelah itu, saya pun bingung, sebab tak ada lagi jalan alias buntu.
Ketika itu tiba-tiba ada warga yang mengampiri dan membuka pintu sengnya. Saya pun menanyakan arah menuju Curug Parigi. Warga tersebut pun membenarkan bahwa jalan yang saya lintasi sudah benar, dalam artian di depan akan menemukan curug.
Untuk bisa masuk ke sana, saya pun di berikan selembar kertas yang berisi biaya masuk mobil sebesar Rp 10.000, motor Rp 5.000, dan sepeda Rp 2.000. Saya pun membayar Rp 5.000.
Selepas pintu seng tersebut, saya melintasi jalan bebatuan dan cukup untuk satu mobil sepanjang kira-kira 500 meter dan sampai di lokasi Curug Parigi.
Karena hari masih terhitung pagi, sekitar pukul 10.00 WIB. Saya datang bukan pada hari libur, tak terlihat pengunjung berdatang.
Pertama yang saya lihat adalah warung-warung terbuat dari bambu, tetapi kosong, tak ada penjualnya. Warung-warung tersebut menurut warga sekitar hanya buka di akhir pekan, karena di hari libur lebih banyak pengunjung yang berdatangan.
Lalu, saya pun memarkirkan kendaraan terlebih dahulu. Kemudian, karena tak bisa membeli minuman dan camilan, segera saja saya menuju ke titik air terjun.
Suara percikan air terjun sudah terdengar, sedikit melongok ke bawah, ternyata lokasinya sudah benar. Saya harus turun menggunakan anak tangga yang masih sangat licin, karena terbuat dari tanah.
Untung saja, ada pegangan di sisi kanan saya yang terbuat dari bambu. Pegangan tersebut membantu saya saat berkali-kali sempat tergelincir karena kondisi tanah yang licin.
Saya pun terkagum melihat air terjun ini, karena tak mengira ada obyek seperti ini di Kota Bekasi yang lekat dengan gaya metropolis. Air terjun yang merupakan aliran air Kali Bekasi ini melaju cukup deras dari ketinggian batu sekitar kurang lebih tiga meter. Karena cukup dangkal, rasanya para pengunjung pun bisa bermain air di sana.
Memandangi air terjun dari titik yang lebih dekat rasanya indah sambil mendengarkan suara air yang terus berjatuhan. Namun, ironisnya air terjun ini tak seindah yang dibayangkan.
Di bebatuan yang dekat dengan air terjun terlihat banyak sampah yang berserakan, terutama sampah rumah tangga, mulai sampah makanan hingga sobekan kasur-kasur kapuk. Tentu saja sampah tersebut mengalir dari sungai yang kemudian tersangkut di bebatuan sungai.
Saya pun terus menikmati cipratan dan suara air terjun. Sudah cukup lama saya berada di sana, tetapi belum ada lagi pengunjung yang datang. Rasanya air terjun hanya milik saya. Hari sudah semakin panas, saya pun beranjak untuk kembali pulang.
Menurut warga sekitar, sebenarnya waktu yang paling tepat berkunjung ke Curug Parigi adalah ketika sore hari sambil melihat terbenamnya matahari. Akan tetapi, dengan catatan hari itu tidak turun hujan.
sumber : kompas
BMKG : Makassar Masih Dilanda Cuaca Buruk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.