kumpulanupdateberita - Matahari sudah tampak berada di sisi timur, dua remaja tampak sibuk membawa akar pohon yang panjang menggunakan sepeda motor trail menaiki bukit.
Keduanya menarik akar pohon sulur demikian masyarakat setempat menyebutnya atau sejenis pohon beringin, menuju sebuah papan yang dibentuk dengan motif 'love' di atas bukit.
Sesekali keduanya mengayunkan sebuah parang digunakan untuk memotong akar tersebut. Mereka membentuk menjadi motif sarang burung raksasa.
Sebuah papan berbentuk 'love' ini terletak tepat di atas bukit yang dikelilingi oleh pemandangan persawahan, hutan jati rindang, dan kampung-kampung.
Ya, dua remaja ini menjadi bagian dari puluhan pemuda Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro yang bergerak untuk mengkreasikan lahan kritis bekas perkebunan jagung di bukit yang dinamakan Tono di dalam kawasan Desa Sambongrejo.
Menurut cerita Kepala Desa Sambongrejo, Eko Prasetiono, nama Bukit Tono diambil dari nama seseorang yang pernah tinggal sekitar tahun 1984 - 1985 di sebuah pos Perhutani. Kala itu, bukit dan lingkungan di sekitarnya masih berupa hutan jati yang lebat.
"Tono yang berasal dari Nganjuk menderita gangguan jiwa, ia memakan bekicot sebagai obat. Enam tahun mendiami bukit tersebut, penyakit gangguan jiwa yang diderita Tono sembuh. Hal ini yang membuat masyarakat mempercayai mitos bekicot sebagai obat penawar gangguan jiwa," ujar pria yang kerap disapa Eko ini.
Itulah sekelumit sejarah di balik Bukit Tono, dari hutan lebat menjadi bukit gersang yang digunakan lahan bertani jagung. Dan kini kembali berubah hijau dan menjadi salah satu destinasi wisata lokal yang menawarkan pemandangan menakjubkan.
Di inisiasi puluhan pemuda, bukit setinggi kurang lebih 50 meter ini dijadikan spot-spot wisata foto yang kece. Perpaduan pemandangan alam hutan jati, deretan bukit di pegunungan kendeng merupakan suatu anugerah Tuhan yang diberikan.
"Memang awalnya bukit ini dijadikan lahan perkebunan jagung oleh warga. Lalu kita coba edukasi warga untuk kembali dimanfaatkan sebagai lahan hijau dan wisata," terang Eko beberapa waktu lalu.
Hal ini didukung oleh para pemuda di Dusun Kadung tempat Bukit Tono berada. Para pemuda itulah yang mengembangkan Bukit Tono dari sekadar lahan pertanian kritis yang rawan bencana menjadi bukit asri hijau digunakan wisata.
Bukit Tono sendiri diresmikan sebagai destinasi wisata lokal Bojonegoro pada 29 Juni 2017. Beberapa spot foto disediakan pengelola, mulai dari spot 'love' dengan dekorasi sarang burung, bunga aneka warna, hingga spot berlatar belakang pemandangan pegunungan Kendeng Selatan yang berdiri tegak mengelilingi wilayah Kecamatan Gondang.
Menurut pengelola Bukit Tono, Galih Satria Putro Buono, ia dan para pemuda Dusun Kadung yang tergabung dalam Mbegagah Manajemen ini berkomitmen menjaga dan mengembangkan potensi alam dari Bukit Tono dan Desa Sambongrejo pada keseluruhan.
"Kalau tidak para pemuda mau siapa lagi yang melestarikan ini. Ini aset yang berharga dan tak ternilai harganya dari desa kami. Membiarkan sama dengan merusak lingkungan," ungkap Galih ditemui Okezone, beberapa waktu lalu.
Biasanya di setiap pekan atau momen tertentu suguhan pentas seni budaya daerah, seperti tayub dan campursari menjadi daya tarik berbalut eksotisme bentang alam deretan bukit kapur Kendeng Selatan.
sumber : okezone
Ciri-ciri Tahi Lalat Berpotensi Kanker Kulit
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.